Mydetikcom - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga, Anies Baswedan terang-terangan mengungkapkan perihal kedatangannya ke kubu Front Pembela Islam (FPI) pada Minggu (8/1/2017). Anies yang diliput mydetik.com menceritakan di markas FPI di Petamburan atas undangan diskusi yang digelar ormas keagamaan pimpinan Habib Rizieq. Saya menempatkan semua sama dan warga Jakarta berhak untuk mendapatkan kesempatan berdialog dengan calon gubernurnya.
Topiknya adalah tentang pemikiran-pemikiran agama. Anies terkejut dengan diskusi yang diselenggarakan itu. Salah satunya adalah paper diskusi yang dipersiapkan. Paper yang diyakini Anies dibuat dengan serius dan tidak main-main. Bahkan kelihatan bahan akademis yang dibuat dokter atau profesor. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut terkesan sebab diskusi itu sangat serius.
Ceritanya doktor dan profesor. Saya melihat papernya ini memang berat (bahan diskusinya). Saya kagum dengan isinya yang terdiri dari 13 halaman dengan 6 catatan. Kalau Anda seorang akademisi dan membuat paper 13 halaman dengan 6 halaman catatan, Anda yang menyampaikan kepada audiens ada kalau yang saya kutip memiliki referensi. Tidak ada hal yang ditulis tanpa dasar. Diskusi pun dimulai, Anies dihadapkan kepada tiga pembicara bergelar profesor dan dokter. Dia dilontarkan sejumlah pertanyaan.
"Pak Anies disebut Syiah, dan Anda disebut JIL, Anda juga disebut Wahabi. Saya menjawabnya kalau saya Ahlussunnah wal jama'ah. Saya bukanlah Syiah dan juga bukan anggota JIL maupun Wahabi. Kebetulan terdapat buku berjudul 50 tokoh liberal Indonesia dan saya tidak ada di situ. Para ahli pembuat buku saja tidak memasukkan nama saya di situ, berarti saya bukan. Itu cuma karena saya rektor paramadina sehingga dihubungkan dengan JIL," Jawab Anies.
Anies pun merasa difitnah sebab dituding anggota JIL, Syiah dan Wahabi. Tapi di sisi lain dia ketawa dengan semua fitnahan. Apalagi Anies dianggap Syiah dan Wahabi karena keduanya saling bermusuhan. Saya jelaskan di situ dan semua ketawa. Dia masih ingat betul, fitnahan tersebut ditujukan untuknya ketika persaingan Pemilihan Presiden 2014. Saat itu Anies masih menjadi pendukung setia Joko Widodo.
Anies juga melanjutkan penjelasannya tentang kehadiran dalam diskusi dengan FPI. Kehadirannya dalam diskusi bersama FPI janganlah diperdebatkan. Karena, kebebasan berkumpul dan berdiskusi dijamin oleh Undang-Undang. Anies malah heran dengan orang-orang yang merespon sinis kedatangannya ke kubu FPI dengan anggapan sudah merusak tenun kebangsaan. Dia kesana untuk berdiskusi. Saat kebebasan berserikat dan berkumpul dilindungi negara, kenapa sebagian dari sekarang malah marah dengan hal tersebut. Namanya juga lagi musim kampanye, ada pihak lain yang mencoba mengusik dengan berbagai cara. (Mydetikcom)



