Seorang bocah asal Indonesia, Hatf Saiful Rasul dilaporkan tewas ketika menjadi petarung ISIS di Suriah. Bocah 11 tahun itu dilaporkan meninggalkan masa sekolahnya dan terbang ke Suriah untuk ikut menjadi anggota ISIS. Hatf Saiful dikabarkan tewas usai terkena serangan udara pada 1 September lalu.
Keputusan Hatf untuk bergabung dengan ISIS pertama kali diketahui ketika ia
mengunjungi ayahnya, Syaiful Anam di penjara berpengamanan tinggi. Saat itu
Pesantren Ibnu Mas’ud tempatnya menimba ilmu sedang musim libur sekolah.
Syaiful menceritakan hal itu dalam esai 12 ribu kata yang dipublikasikannya
secara daring.
"Awalnya, saya tidak merespon dan menganggapnya sebagai guyonan anak-anak.
Tapi itu menjadi berbeda ketika Hatf menyatakan keinginannya secara
terus-menerus," tulisnya.
Hatf mengungkapkan
keinginannya kepada Syaiful lantaran beberapa teman-teman dan guru-guru di di
sekolah telah pergi untuk bergabung dengan ISIS.
Syaiful akhirnya mengizinkan Hatf pergi bergabung dengan ISIS. Ia diketahui
pergi ke Suriah pada 2015 bersama 12 orang yang terdiri dari 8 orang guru dan
empat pelajar dari ponpes. Haft bergabung dengan kelompok pejuang dari Prancis.
Menurut Syaiful, sekolah tempat Haft minimba ilmu dikelola oleh "kawan
seperjuangan yang menyebarkan ideologi yang sama".
Sedikitnya 18 orang
dari Ponpes Ibnu Mas’ud telah ditangkap dan didakwa bersalah atau dalam
penahanan terkait serangan mematikan di Indonesia dalam 20 bulan
terakhir.
Menanggapi kabar tersebut, juru bicara Ponpes Ibnu Mas’ud Jumadi membantah
kabar yang beredar. Ia membantah kabar bahwasekolahnya mendukung ISIS atau
kelompok Islam militan lainnya, termasuk mengajarkan paham ekstrem.
Jumadi juga mengaku tidak tahu-menahu soal kabar kepergian Hatf ke Suriah.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin
Amin menegaskan Ponpes Ibnu Mas’ud tidak pernah terdaftar sebagai pesantren.
Di sisi lain, Jumadi menyanggah kabar tersebut, Menurutnya, ponpes Ibnu Mas’ud
tidak memiliki kurikulum tertentu lantaran fokus pada tahfiz, menghafal Alquran
dan hadits. "Kami mengajarkan Bahasa Arab, iman, dan sejarah agama
Islam," imbuhnya.