Mydetikcom - Arif Susanto, Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan
Indonesia menilai, di dalam sejumlah kesempatan, Susilo Bambang Yudhoyono yang
juga Ketua Umum Partai Demokrat kurang
memiliki kepekaan terhadap isu publik yang bersifat nasional sewaktu menjabat menjadi
Presiden. dia menilai SBY cenderung hanya melihat persoalan politik lebih pada
persoalan pribadi saja.
"Artinya hanya menganggap bahwa politik itu sebagai
panggung pribadi atau menempatkan persoalan publik itu sebagai hanya persoalan
pribadi saja," kata Arif.
Setidaknya kata dia, hal itu terlihat ketika mantan dari
seorang CIA Edward Snowden mengungkapkan adanya informasi terkait dengan
penyadapan Australia terhadap ponsel milik SBY. Saat itu, Presiden ke enam itu
kurang memberikan reaksi atas kejadian penyadapan itu.
"Kapan SBY beraksi? pada tahap berikutnya, ( saat )
menunjukan bahwa yang telah disadap itu bukanlah hanya ponsel Pak SBY, tetapi
penyadapan juga dilakukan kepada ponsel Bu Aini ", kata dia.
Menurut Arif, sebagai seorang presiden, SBY saat itu sudah
seharusnya memberikan reaksi yang keras ketika mengetahui dirinya telah
disadap. pasalnya SBY merupakan kepala negara dan sekaligus sebagai kepala
pemerintahan.
"Jadi semestinya kalau presiden itu di sadap, itu sudah
merupakan persoalan publik, persoalan negara. yang tersinggung kita semua
sebagai warga negara indonesia, seburuk apapun presidennya, sebab hal itu telah
melampaui kedaulatan", ujarnya.
"Tapi ya kita punya presiden yang merasa tersinggung
hanya karena setelah sang istri di sadap. ada masalah dengan hal ini",
lanjutnya.
Kurang pekanya SBY kala itu juga terlihat ketika adanya
persoalan adanya tenaga kerja Indonesia yang ada diluar negeri mencuat.
Saat itu, ada sejumlah tenaga kerja indonesia yang akan
terancam hukuman mati di luar negeri. pemerintahan kala itu baru bereaksi setelah
masyarakat memberikan empati dengan cara mengumpulkan koin untuk membayar uang
tembusan agar para TKI itu selamat.
"Mari sekarang kita bandingkan dengan reaksinya
keluarga ini, ketika beberapa pihak mulai menyinggung langkah kontroversial mas
Ibas. lagi lagi yang terlihat persoalan personal. ini yang saya kurang paham
bagaimana kita punya politikus yang take something personally", katanya.
Arif juga mengingatkan setelah pemilu 2014. partai Demokrat
secara tegas bahwa mereka netral. hal tersebut setidaknya ditunjukan saat
dilakukan pembahasan revisi UU pilkada di parlemen.
Namun sikapnya langsung berubah ketika Demokrat menghadapi
pilkada DKI 2017.
Seperti yang diketahui, putra SBY Agus Harimurti Yudhoyono
saat ini tenggah bertarung merebutkan kursi orang nomor satu di DKI Jakarta.
"Lalu yang terjadi SBY menganggapnya sebagai sesuatu
yang sangat luar biasa penting hingga posisi demokrat yang dalam pemilu selalu
netral, hari ini mereka fight betul dengan memperjuangkan AHY. ini menunjukan
ada hal yang keliru dimana politik itu merupakan persoalan publik bukan
personal", tandasnya.( Mydetikcom)