Mydetikcom - Polemik DP 0 persen yang dijanjikan oleh Calon Gubernur DKI
Jakarta dengan no urut pemilihan tiga Anies Baswedan masih menjadi tanda tanya
besar. Uang muka atau DP Kredit Pemilikan Rumah ( KPR ) menjadi kendala
tersendiri untuk para Masyarakat Berpenghasilan rendah ( MBR ) untuk dapat
memiliki rumah.
Meskipun demikian, kemungkinan program yang akan diterapkan
di Jakarta akan masih menjadi pertanyaan. bukan hanya dari masyarakat itu
sendiri, akan tetapi dari sisi bagian pengembang yang memiliki peran penting
dalam menyediakan rumah itu sendiri.
"Saya sendiri binggung dan tidak tahu persis apa konsep
0 rupiah atau 0 persen itu seperti apa", Ujar Sekretaris Perusahaan
pengembang dari PT Intiland, Theresia Rustandi saat ditemui di bilangan Jakarta
Selatan, Selasa ( 21/217).
Pertanyaan yang menjadi dasar dari para pengembang adalah
berapa harga yang akan di patok untuk rumah yang akan dijual tersebut. karena
hal itu akan menentukan seberapa besar cicilan yang akan ditanggung oleh
masyarakat nantinya.
Sebenarnya didalam aturan pemerintah yang baru. telah ada
patokan harga rumah yang diperuntukan bagi para masyarakat yang berpenghasilan
rendah ( MBR) tersebut. Namun dari kalangan pengembang mempertanyakan apa upaya
dari pemerintah daerah untuk menstimulus pengembang dalam membangun hunian
dengan harga yang telah ditetapkan.
"Untuk harga rumah yang diperuntukan untuk MBR itu,
baik itu rumah susun maupun untuk tapak yang sudah ada patokannya dari
pemerintah. patokan harga tertingginya. misalnya harga landed itu sekitar
Rp.200 hingga 250 juta per rumah. tapi ini siapa yang bisa bangun untuk harga
250 juta ( untuk di Jakarta )? ", tuturnya.
Kalau pun bisa kami bangun dan di jual ke MBR dengan harga
sekitar Rp. 200 Juta. program KPR tanpa adanya DP dianggap kurang relevan
dengan kondisi Masyarakat Berpenghasilan Rendah ( MBR ) yang ada di Jakarta.
karena tanpa adanya DP, ada resiko tersendiri yang harus ditanggung oleh masyarakat
itu akan menjadi membengkak.
"Jadi yang menjadi pertanyaannya adalah, mampu tidak
dibayar oleh MBR ? yang sedang kita bicarakan itu MBR. bukan dari kelas
menengah yang gajinya sudah diatas 7 juta", ungkap Theresia.
Dengan adanya harga tanah yang ada sat ini. dirinya pun
mengajak masyarakat untuk berpikir realistis.
"kalau membicarakan rumah rumah untuk primary market (
kelas menengah ), di Jakarta saja cari yang berkisar Rp 1 miliar saja sudah
sangat susah. kalau rumah susun harganya sekitar Rp.400 juta. kalau ungin
bicara MBR, untuk membeli rumah seharga Rp.400 juta itu saja sudah susah. jika
pendapatan MBR Rp.3.2 Juta, bisa cicil berapa?", tandas dia.(Mydetikcom)