Mydetikcom. Senin(28/11), Pergerakan Nilai Tukar Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) bergerak
melemah di perdagangan hari ini. Rupiah yang dibuka pada level Rp 13.450 per USD hari ini kembali melemah tajam ke Rp 13.526 per USD. Dalam beberapa waktu terakhir, terjadi penyusutan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Penyusutan nilai tukar rupiah tersebut tentunya akan menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap perekonomian di Indonesia. Dampak negatif dari penyusutan nilai tukar rupiah adalah meningkatnya inflasi yang disebabkan oleh banyaknya kebutuhan masyarakat terhadap barang impor sehingga devisa yang dikeluarkan semakin besar.
Mengutip sumber Bloomberg, Rupiah mengalami tahap stabil melemah hingga siang ini.
Puncaknya, Rupiah berada di 13.526 per USD pada pukul 13.10 WIB. Hasil Data Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
Amerika Serikat (USD) melemah 2,3 persen sejak 8 November hingga 17
November 2016. Lemahnya nilai tikar kurs Rupiah terhadap Dollar AS disebabkan kondisi eksternal, terutama
pemilihan presiden AS yang dimenangkan oleh Donald Trump.
Agus Martowardojo selaku Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan dengan melemahnya nilai tukar Rupiah juga
sangat dirasakan oleh banyak negara lainya, dimana dana aliran modal semuanya bergerak masuk ke AS, Hal ini karena
AS dianggap sebagai tempat yang lebih aman dari ketidakpastian.
Namun Banyak Hal Alasan didalmmnya yaitu adanya perilaku investor yang ingin
melakukan suatu respons atas kondisi di AS. Memang benar dengan kondisi pemilu yang ada
membuat cukup banyak ketidakpastian dan menjadikan AS capital flight to
quality sehingga membuat Banyak negara berkembang yang portfolio managernya cenderung
melepas posisinya, terang Agus di kantornya, Jakarta, Kamis (17/11).
Meskipun Demikian, Agus meyakini bahwasanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah
hanyalah bersifat sementara waktu. Apalagi secara year to date (ytd), dimana Rupiah
masih merupakan salah satu apresiasi. hal ini dibuktikan dengan bertahannya Rupiah dikarenakan fundamental ekonomi Indonesia yang masih tergolong cukup
baik. Dan apabila diukur dari pertumbuhan ekonomi yang ada, Rupiah masih berada di atas 5%, dimana inflasi masih bisa dipertahankan pada kisaran 3% dengan defisit
transaksi berjalan yang terkendali sekitar 2% terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB).
"Kami informasikan bahwa secara umum Indonesia masih berada dalam kondisi ekonomi domestik
stabil dan sehat. Kita lihat saja bahwa memang betul sejak 8 November sampai
sekarang ada kondisi depresiasi tapi secara year to date (ytd) mata uang Rupiah kita masih ada
apresiasi," Ungkap Agus.